Seorang
yang mencintaimu tidak akan membiarkanmu menunggu terlalu lama.
Seorang
yang kau cintai serupa angin. Merasa dalam dadamu namun tak pernah
dapat sungguh kau dekap. Di seberang, kau hanya selalu menunggu.
Berharap rasa yang Tuhan tiupkan padamu, seperti kali pertama ketika
kau jatuh cinta pada matanya, tak pernah salah. Berdoa, ia yang
selalu dalam perjalanan, akan menjemputmu dan menggenapkan
perjalanannya untuk pulang bersamamu.
Kau
tahu, mencintanya tak serupa mentari, yang tak pernah lupa mengirim
hangat pada bumi. Betapa menunggunya serupa musim yang mengalami
fluktuasi. Kau hanya selalu pulang sendiri dengan senyum kelu. Seraya
berdoa, hukuman Tuhan akan segera dicabut dari ragamu.
Apakah
kau sedang sungguh-sungguh mencintai? Kau bahkan tak paham sungguh
apa itu cinta. Yang kau paham hanya cinta ayah ibumu. Mereka yang
masih bersama hingga hari ini 34 tahun lebih sekian. Mereka yang tak
pernah saling mendahului, namun saling mengerti dan melengkapi.
Mereka yang tidak dalam kebersamaan, kemudian dengan manis saling
mencari. Mereka yang samasekali tak pernah mengucap ‘aku
mencintaimu’ namun cinta itu tercermin dalam setiap urusannya
dengan keluarga dan anak-anaknya. Mereka yang mencintai, dengan lugu
dan setia.
Heii..
tenanglah. Rasakan kelunya. Kau hanya sedang mengharapakan seseorang
yang tak sedang bersungguh-sungguh ingin datang kepadamu.
Ketika
kau belum yakin, kau menunggunya untuk menggenapkan keyakinanmu namun
ia tak juga kunjung datang: maka lepaskan.
Menyepi,
5 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar