Minggu, 20 Mei 2012

Cerita Jangkrik


Ini cerita tentang jangkrik yang kubeli kemarin sore di kampung halamanku sebelum aku kembali ke Surabaya pagi tadi. Bahkan tadi pagi aku hampir pingsan di jalan. Kondisi tubuhku kurang bisa diajak kompromi. Rupanya tubuhku tak terbiasa (lagi) mandi pagi di kampung dimana pak Soekarno dimakamkan itu. Masuk angin, cukup akut..
Hingga sore ini aku masih bertanya-tanya, makhluk unyu model apa lagi jangkrik ini. Dalam kamus otakku, yang kutahu, (apa pengalaman bacaku saja yang rendah ya??? Hah.. ) mereka seperti kelelawar, hanya akan aktif (berbunyi) ketika malam hari, ato setidaknya ketika hari gelap. Namun ternyata mereka mematahkan isi otakku..
Masi teringat jelas, seperti gadis kota yang tak pernah bgitu tahu jangkrik (sebenarnya tidak bgitu, hanya saja mungkin aku kurang peka sebelumnya J ) kutenteng sekitar sepuluh ekor jangkrik lengkap dengan sangkarnya hingga kubawa naik kereta tujuan Surabaya. Seorang penumpang tujuan bangil, pak kondektur muda yang cakep J , penjual air mineral yang kerut wajahnya mulai menua, bahkan hingga peminta-minta, dari ekspresi mereka melihatku, apa ya?? Entah aku tak bisa menjelaskannya..
Yang paling kuingat, bocah laki-laki TK yang sudah dibiarkan memegang dan memiliki sendiri hape qwerty.  Sepanjang perjalanan, hapir tiga jam dari blitar hingga malang, bocah itu tak mau beralih dari duduknya yang memilih berdempetan denganku karena awalnya tertarik dengan jangkrik yang kubiarkan terpajang di meja kecil dekat tempatku duduk. Main game dari hapenya, memintaku menuntunnya membaca semua kata di sebuah koran yang menarik hatinya, makan snack RingGo dengannya, membiarkan kamera hapenya memoteretiku, bocah itu cerdas. ‘Terimakasih ya.. kalo tidak ada Mbak, sudah berhenti semua penjual asongan yang lewat sini tadi’. Setidaknya, itu kata-kata terakhir yang ku ingat ketika ia, eyang, yang kakak perempuannya yang seumuran gadis SMA turun dan berhenti di stasiun kota Malang.
Namun ini tentang jangkrik yang ternyata tak bisa membuatku sleeptight semalaman. Aku jadi tak tega membuatnya berlama-lama di Surabaya. Surabaya terlalu panas untuk mereka. Kata dosen yang mebuatku membawa jangkrik ini kemari, bunyinya adalah seperti shalawat tarkhim ketika dini hari. Kalau kataku, ia tetap indah didengarkan (hanya) di kampung. Ketika menunggu adzan maghrib, atau ketika tengah malam yang, bahkan suara sepeda motor sejauh 2 km pun bisa kutangkap suara bleyerannya.
Suara jangkrik yang kata dosenku bisa bikin dia sleeptight, ternyata hanya bisa dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara itu digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik akan semakin keras dengan naiknya suhu sekitar.
Hauh,, bisa ngga tidur lagi aku nantii..

Rabu, 25 April 2012

Polemik Pendidikan Indonesia


Berbagai Permasalahan Pendidikan di Indonesia serta Peran Mahasiswa sebagai Generasi Penerus Bangsa
Indonesia adalah termasuk salah satu negara yang memiliki banyak perguruan tinggi dan banyak mahasiswa di dalamnya. Tenaga pengajarpun juga sudah memadai, walaupun terkadang kualitasnya masih kurang dari yang diharapkan. Apalagi dengan program baru dari pemerintah mengenai pengadaan sertifikasi bagi pengajar di Indonesia, menambah daftar panjang profesi yang dahulunya dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Namun hal itu tidak serta merta membuat pendidikan Indonesia berjalan sempurna.
Sejak tahun 2009, pemerintah menganggarkan 20% dari APBN untuk dialokasikan pada sektor pendidikan. Dana dari pemerintah yang dianggarkan khusus untuk memajukan pendidikan di Indonesia tersebut, nyatanya masih perlu dipertanyakan lagi perihal transparansinya. Sebab, hingga kini menginjak tahun 2012, masih juga sering kita dengar berbagai permasalahan pendidikan terjadi di negeri ini. Mulai dari infrastruktur gedung pendidikannya yang tidak layak pakai, hingga masih pula terdengar pemungutan biaya bagi siswa-siswi terjadi di berbagai instansi pendidikan sekolah menengah di negeri ini. Sesungguhnya sudah benar-benar dialokasikan dengan benarkah 20% dana tersebut? Padahal sudah mulai terdengar bahwa perguruan tinggi negeri mulai terbuka dalam menerima mahasiswa dan lebih mementingkan prestasi daripada pemungutan biaya-biaya yang memang tidak sedikit. Banyak pemuda dari daerah-daerah dengan latar belakang ekonomi yang rendah berhasil menempuh perguruan-perguruan tinggi negeri terkemuka di negeri ini.
Masalah lain pada pendidikan di Indonesia adalah undang-undang pendidikan atau kurikulum yang sering direvisi. Ketika kurikulum baru menapaki jalannya dan belum terlihat jelas hasil yang diinginkan, kurikulum tersebut sudah menyusul diubah lagi, begitu seterusnya. Pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah, seharusnya memiliki konsistensi. Kalaupun terjadi pergantian pembuat kebijakan, tidak seharusnya mengabaikan kesinergian antara pembuat kebijakan lama dengan pembuat kebijakan baru yang kemudian akan berperan. Selain itu, yang harus lebih diperhatikan adalah adanya komitmen dan konsistensi antara pembuat kebijakan dan penyelenggara atau pihak pemakai produk pendidikan. Sehingga akan tercapai tujuan bersama yang diharapkan.
Indonesia adalah negara yang syarat akan seni dan kebudayaan yang amat tinggi. Bassic ini sudah kita miliki sejak nenek moyang kita masih ada. Sesungguhnya pendidikan seni, minat bakat, dan budayalah yang tak kalah harus dikembangkan lagi disamping pendidikan keilmuan. Jika kita perhatikan, entah diakui atau tidak, semakin lama masyarakat semakin melupakan jati diri bangsa ini. Sehingga sering muncul celoteh ‘bangsa ini tengah mengalami krisis kebudayaan’. Terkadang kita terlalu malu atau lebih halusnya kurang percaya diri terhadap kebudayaan yang kita miliki. Sebagai dampak negatif dari globalisasi, kita latah dan lebih senang mengikuti perkembangan dan mode yang tengah digandrungi masyarakat internasional. Tak jarang pula kita dengar justru orang dari luar negaralah yang mempunyai keinginan tinggi untuk mempelajari berbagai budaya dan seni di Indonesia. Memang, kita patut berbangga. Namun disisi lain pertanyaan yang perlu di garis bawahi adalah sebegitu besarkah keinginan kita untuk mempelajari kebudayan mereka, atau taruhlah kebudayaan kita sendiri? Mungkin kita justru melalaikannya.
Seperti yang nampak baru-baru ini, ketika negara lain mengklaim budaya kita, kita baru sadar dan kemudian ramai berbondong-bondong ikut menyuarakan kebudayaan yang dikalim tersebut. Kemana saja kita ketika mereka dengan getol mempelajari budaya kita? Lebih jelas, kita seperti tengah kehilangan arah.
Disisi lain ada generasi yang patut diperhitungkan di nereri ini. Merekalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi bangsa yang memiliki ide-ide yang masih segar dan cemerlang. Namun, salah satu masalah yang kemudian muncul adalah ketika seorang mahasiswa telah merampungkan pendidikan dan selanjutnya mereka siap untuk bekerja ataupun terjun langsung mengabdi kepada masyarakat, mereka tidak kembali pada daerah dimana mereka berasal. Mereka lebih senang mengembangkan karir di kota. Sebagai contoh adalah seorang yang berhasil menempuh studi di fakultas pertanian. Kebanyakan dari mereka, setelah lulus justru tidak mau kembali ke daerah, bergabung dengan para petani yang ada disana, dan membagi ilmu atau memberikan solusi baru terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para petani. Akibatnya, meskipun ilmu tentang pertanian di pelajari, namun prakteknya pada kehidupan nyata adalah nihil. Padahal mereka para mahasiswa, berpeluang besar untuk lebih memajukan daerah mereka.
Berbagai permasalahan tersebut harusnya menjadi cermin bagi kita semua, masyarakat dan juga pemerintah untuk sama-sama menyadari, karena semuanya pada akhirnya mengarah pada satu tujuan yang mulia, yaitu membangun bangsa ini.
Sebagai agen of change, penting membangun karakter mahasiswa yang nantinya benar-benar bisa menjadi pemimpin yang benar tahu apa kebutuhan dari masyarakat. Selain itu, mahasiswalah yang sepatutnya mampu  menjembatani keinginan atau aspirasi dari masyarakat. Mahasiswalah yang kemudian mampu menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang nantinya menjadi besar manfaatnya untuk kehidupan masyarakat.
Penanaman moral sejak dini menjadi salah satu faktor yang tak kalah penting. Sebab, kecerdasan spiritual justru akan menjadi momok yang paling menakutkan untuk bangsa ini ketika tidak diimbangi dengan kecerdasan mental atau moral yang memadai. Kita tidak akan menjadi manusia yang bangga menggembungkan kantong pribadi, seperti yang tengah melanda negeri ini, jika kecerdasan moral tersebut kita miliki. Oleh karena itu, penting untuk menjadi manusia-manusia Indonesia yang sehat mental, jujur, dan memiliki hati yang lapang untuk mampu berjuang demi bangsa ini.

Minggu, 22 April 2012

aku rindu


Aku rindu duduk santai ngopi denganmu, saat aku bisa mengoceh tentang apapun. Atau, saat terkadang jantungku berdebar dan aku kebingungan mencari topik yang akan kita bicarakan lagi . Atau lagi, saat kau mengantarkanku pulang dan kita harus memutari jalan lagi karena malam masih terlalu indah untuk dilewatkan. Saat kau benar harus mengantarku pulang, itu adalah saat yang paling aku benci. Cepat sekali jam berputar.
Aku rindu berlama-lama disampingmu. Menemanimu mengantar pesanan pelanggan, itu belajar mencari uang dan mencoba bersentuhan dengan hidup yang keras katamu. Aku rindu makan nasi bungkus denganmu, belajar bertutur Jawa dan mengganti kata terimakasih dengan maturnuwun ketika kau selesai membayar pesanan makan kita. Aku rindu saat-saat kamu bilang, “Kunti, kamu beol ta? Lamaa..”
Aku rindu berdebat denganmu. Aku rindu memancing emosimu, dengan mengatakan persmu itu hanya organisasi yang amdo alias omong doank. Berdebat tentang itu adalah yang paling menguras otakku.
Tapi terkadang senyummu mengandung kelicikan. Aku tak suka itu..
Lalu, apa kini aku tidak konsisten?? Ah, persetan dengan semua itu..

surabaya, April 2012

Kamis, 19 April 2012


aku tak bisa berkata-kata indah

aku ingin seperti embun di pagi hari
tak pernah mengeluh barangkali
kesetiannya mampu memberi ksejukan
bahkan bisa jadi ia sudah seperti angin bagi ranting dan dedaunan
indah bukan..

malam ini aku tak bisa tidur
Surabaya terlampau panas hari ini
Hingga pendingin kamarku kurasa tak berfungsi lagi
apa yang salah hari ini??
Cuaca?? Atau memang kondisi tubuhku saja?

untu penghilang pahit lidah, ku putuskan untuk membuat kopi saja. Ya, kopi.
ah.. aku jadi teringat seorang lelaki
ah.. aku jadi makin teringat lagi
kini kupindah posisiku
aku berfikir galau di depan kamar kostku
kupandangi apapun yg nampak dihadapanku
handphone, segelas kopi, pot2 bunga,
mangga2 hijau milik tetangga depan rumah,
laki-laki yang baru pulang mendorong gerobak jualannya,
tikus-tikus Surabaya yang menjijikkan itu, namun unik kataku
ini mataku yang buram apa memang langit berwarna orange malam ini
entahlah..
sambil aku menggerutu, banyak sekali nyamuk-nyamuk yang ngantri ku bantai..

seperti seorang filsuf barangkali
Kata hatikupun tak pernah benar-benar jadi
Seperti tulisanku ini, sudah berapa kali kubackspace, kutulis lagi, kubackspace lagi, kutulis lagi..

haha.. ingin kutertawakan semua ini
Kalau aku melakukannya, tak akan ada bedanya aku dengan aku setahun yang lalu
Ya, bukan karna apa dan siapa, aku percaya begitu saja
Seperti yang pernah dibilang seorang lelaki diluar sana
Itu resiko, saat kamu mampu melewatinya, satu poin menang untukmu
dan aku tak pernah menyesalinya
 
Senyumku jadi penuh tanya
‘kamu laki-laki’
:D

                                                                                                Surabaya, April 2012

Selasa, 03 April 2012

Selasa, 20 Maret 2012

takut malam


Belakangan ini aku jadi takut malam
Aku jadi tak hobi lagi bangun untuk skedar mbaca, ato, yah mlakukan apapun
Kau tau kenapa?
Karena malam membuatku merasa sangat sepi
Bayangan tentang apapun menjadi tampak polos memaksaku mengingatnya
Aku tak mampu, itu mencekik skali
Ini cerita sungguhan
Dan ini, aku hanya ingin skadar bercerita denganmu
Aku ingin cepat merem lagi

Minggu, 18 Maret 2012

Baru Kemarin


Kau tau tentang padi yang baru disemai?
Ya.. Warnanya msih hijau kekuningan, warna tanda semangat
Itu adalah warna paling indah yang pernah kutemui dari semua jenis warna lainnya

Tapi ini cerita tentang padi yang ditanam di lapang
Mungkin kau akan bertanya kenapa di lapang
Salah kah??

Kemarin aku melihat padi itu tersiram air mendidih
Bisa kau bayangkan bagaimana padi itu kesakitan?
Aku saja takut membayangkannya
Daun yang juga batangnya saja belum genap lima helai
Ia gelagapan, kepanasan
Mengenangnya saat ia mulai tumbuh adalah saat yang paling menyenangkan sekaligus menyakitkan

Padi itu pernah berfikir bahwa mungkin hari itu akan datang menghampirinya
Bukan hanya menghampiri, tapi memaksa menjemputnya
Karena lapang sepertinya memang bukan tempatnya
Lapang itu hanya bisa jadi tempat sementara untuknya
Tempat ketika malam datang
Atau ketika subuh berkumandang

Ah.. Kini ia tak tahu harus apa
Semangat hidupnya meleleh bersama air yang berhasil menumpahinya
Air mendidih itu telah benar berhasil mengisap protein tubuhnya
Walau dengan nafas sengal
Ia mencoba rock n roll kembali
Sekarang ia tengah berfikir, bahwa ini ‘hanya’ masalah waktu

Satu yang pasti.. Kelak, ia ingin menjadi padi yang berisi
Ditengah padi-padi kurus yang termakan serangga
Atau padi-padi tak berisi yang tumbuh ditengah musim kemarau
Dan orang kelak akan kesana kemari mencari pemiliknya, menenteng ‘proposal hatinya’

Ia adalah padi yang tidak sembarang orang bisa memahami

Surabaya, 18 Maret 2012