Aku
selalu senang mendengarkan nenek-nenek bercerita. Apalagi sambil rewel tanya
ini itu, seperti kanak-kanak yang senang didongengi. Namanya Mbah Kamsini. Tapi
aku biasa memanggilnya Mbok Ni.
Memerhatikan
gayanya bercerita adalah yang paling menyenangkan. Memerhatikan gigi-giginya
yang masih kuat meski ia sudah berusia tua. Seperti alm. nenek dari keluarga
ibu, Mbok Ni suka menginang. Bahkan sejak ia masih muda dulu. Kebiasaan
menginang banyak dilakukan nenek-nenek seusianya. Membungkus gambir dan njet dengan lipatan daun sirih, kemudian
mengunyahnya sampai halus. Beberapa orang meludah dan membuangnya setelah terkunyah
halus, namun ada pula yang kemudian menelannya. Kebiasaan ini biasa dilakukan
setiap hari.
Samar-samar
aku ingat. Dulu sewaktu berada di rumah nenek, nenek suka nginang di mbale (rumah
bagian depan) sambil mengerjakan ini itu yang tak begitu berat. Atau sambil
bercengkerama dan bercerita kepada cucu-cucunya. Barangkali, nginang menjadi kebiasaan sejak jaman
dahulu karena khasiatnya yang dapat menguatkan gigi. Dalam ilmu kimia, bahan-bahan
untuk menginang memang memiliki khasiat tertentu. Njet misalnya. Endapan dari gamping atau batu kapur ini mengandung
kalsium karbonat yang dapat menjadi elemen penguat. Sedangkan gambir sebagai
bahan obat tradisional, sebagian orang memanfaatkannya untuk obat batuk. Daun
sirih memang terpercaya sebagai penguat gigi.
Menurutnya,
Mbok Ni sudah terbiasa nginang sejak
ia masih muda, sejak masih jaman Jepang dulu. Waktu itu ia bekerja sebagai
buruh pemetik rami, tumbuhan yang batangnya dijadikan serat untuk pembuat tali,
jala, dsb. Meskipun dikata waktu itu jaman penjajahan (Jepang), di desa dulu
aman, katanya. Tak pernah sedikitpun ada peperangan. Tapi kehidupan berjalan
lamban, tak seperti sekarang. Orang-orang juga manut, tak banyak tingkah, tak
banyak-banyak maunya.
Meski
sekarang tak lagi nginang, tapi
gigi-gigi Mbok Ni masih kuat. Rasa gambir sekarang tak enak, katanya. Tak
alami. Berjalan kaki ke pasar sambil membawa rinjing di punggung menjadi
kebiasaannya setiap pagi. Menjual sayur-sayuran dan kelapa. Orang-orang desa
yang berpapasan dengannya dan mengendarai sepeda motor kadang suka mencangkingnya. Meski ia suka pikun dan
lupa lelaki mana yang memboncengnya tadi.
Aku
selalu senang mendengarkan nenek-nenek bercerita, menceritakan jaman-jamannya
dulu. Seperti Mbok Ni. Janda tua yang kini hidup sendiri. Nenek tua yang kuat.
Kelak
ketika aku bercengkerama dengan Mbok Ni lagi dan didongenginya lama-lama, aku
akan bercerita lagi padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar