Di era modern ini, di
sejumlah museum-museum di Indonesia di simpan naskah-naskah lama tinggalan dan
warisan masyarakatnya. Naskah-naskah tersebut berasal dari puluhan bahkan
ratusan tahun silam. Naskah-naskah tersebut yang kemudian dikaji dan diteliti
oleh para akademisi, baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa waktu
terakhir, banyak dicari naskah-naskah oleh para pemburu naskah asing dari luar
negeri. Hal tersebut dikarena dalam naskah kuno terkandung suatu pengetahuan
dan warisan budaya suatu bangsa, yang mengandung banyak gagasan dan pemikiran,
yang juga memiliki implikasi dengan zaman modern ini.
Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan, naskah-naskah kuno tersebut memiliki peran dan
pengaruh cukup besar pada zamannya terhadap peradaban masyarakat dimana naskah
tersebut berada. Karya sastra termasuk naskah, merupakan salah satu media yang
mampu mengubah paradigma dan cara berfikir masyarakat secara missal, sehingga
kemudian dapat mengubah peradaban. Karena melalui gaya dan diksi yang tertuang
di dalam karya sastra, seseorang dapat memahami dan mengamini suatu cara
pandang tanpa adanya paksaan. Cara berfikir pengarang akan diikuti pula oleh
pembacanya. Apalagi jika karya sastra tersebut dijadikan pedoman tradisi secara
massal. Seperti pada Serat Mi’raj, serat
yang berasal dari Pamekasan Madura, yang pada masa lalu sering dibaca untuk
macapatan sebagai sarana memperkaya pengetahuan tentang Islam di masyarakat.
Sebelum Islam masuk ke
wilayah Jawa, Jawa memiliki tatanan masyarakat dengan peradaban mayoritas
Hindu. Kerajaan Hindu terbesar ketika itu ialah kerajaan Majapahit. Kemudian
karena beberapa hal, salah satu faktor utamanya karena perebutan kekuasaan, Majapahit
mengalami keruntuhan, yakni pada abad 13-15 M. Bersamaan dengan hal tersebut,
perlahan Islam masuk melalui para pedagang dari Gujarat. Islam masuk perlahan
dari wilayah pesisir yaitu utara Pulau Jawa. Dari wilayah pesisir itulah
perlahan Islam masuk ke wilayah selatan.
Tidak mudah mengubah
agama dan sistem kepercayaan masyarakat dari yang semula Hindu menjadi Islam. Apalagi
Hindu telah dianut oleh sebagian besar masyarakat sejak ratusan tahun lamanya. Agama
atau sistem kepercayaan mempengaruhi adat dan kultur masyarakatnya. Sehingga
agama mempengaruhi aktivitas yang terbentuk di dalam masyarakat. Seni dan sastra
adalah sarana yang efektif untuk memasuki adat dan kultur di dalam masyarakat. Maka
kemudian, Islam masuk salah satunya adalah melalui pengaruh karya sastra. Seperti
karya yang akan dibahas dalam tulisan ini, Serat
Mi’raj.
Serat
Mi’raj atau yang selanjtnya disingkat SM, memiliki pesan
dan nilai keislaman. Serat tersebut terbentuk berdasarkan dialektika antara
Hindu Jawa dan Islam. Islam berusaha memberi ajaran tentang nilai-nilainya tanpa
harus memberikan dogma yang bersifat memaksa. Melalui SM, masyarakat diajak
untuk memahami Islam tanpa paksaan. Salah satu caranya adalah dengan
mengakulturasikan antara cerita Hindu dan Islam. Cerita yang diambil adalah
Isra’ Mi’raj (dalam ajaran Islam) dan kemudian digubah menjadi Mi’raj Nabi. Dalam
Islam, Isra’ Mi’raj, Islam memberi pemahaman tentang surga dan neraka,
konsekuensi terhadap keduanya, serta tugas dan kewajiban seorang muslim melalui
utusan Allah yang bernma Muhammad.
Latar dan tokoh adalah
yang sangat pening alam usaha akulturasi di dalam karya sastra. Karena melalui
latar dan tokoh, orang akan lebih memahami secara konkrit alur cerita di dalam
karya sastra. Juga karena latar dan tokoh tersebut tidaklah asing dimata
mereka. Usaha pemberian pemahaman Islam terhadap masyarakat Hindu sejatinya
adalah pemberian pemahaman secara substansi atau nilai. Maka tak heran jika
beberapa cerita Islam kemudia sedikit mengalami perubahan nama, tokoh, atau
latar ceritanya ketika beredar pada masyarakat non Islam. Karena memang
pemahaman tentang keislaman disesuaikan dengan kultur dan adat masyarakat
setempat, tanpa meninggalkan pesan yang akan disampaikan. Substansi cerita
tetaplah bernash Islam.
Dalam SM, diceritakan
seorang nabi bernama Muhammad bertemu dengan bidadari dan melihat kehidupan surga
dan neraka. Ia juga ditemani oleh seorang bernama Jibrail (malaikat Jibril
dalam Islam). Kemudian diceritakan, ada kriteria perilaku masyarakat yang akan masuk
surga ataupun neraka. Misalnya, tokoh nabi Muhammad di dalam neraka menemui
seorang perempuan yang dipaksa untuk memakan daging mentah. Itu adalah
konsekuensi dari orang yang semasa hidupnya gemar membicarakan keburukan orang
lain. Diceritakan pula sang nabi bertemu dengan seorang perempuan tanpa baju
dengan bibir yang terpecah menjadi lima. Tokoh Muhammad bertanya kepada Jibrail
bahwa itu adalah konsekuensi untuk orang yang gemar mengumpat semasa hidupnya. Dari
cerita tersebut, Islam tidak memaksa masyarakat untuk memeluknya. Namun melalui
SM, berusaha dijelaskan bahwa terdapat kehidupan setelah kematian, yakni ada di
surga dan neraka, dan apa yang harus dijalankan manusia selama hidup di dunia.
Melewati wilayah
pesisit Jawa, Islam kemudian perlahan masuk dan menjadi agama baru yang dipeluk
oleh masyarakatnya. Kemudian banyak bermunculan pondok-pondok pesantren yang
menjadi pusat pendidikan agama Islam. Pondok-pondok pesantren tersebut menjadi
media bagi masyarakat untuk melek huruf. Dari pondok pesantren, orang kemudian
mengenal huruf-huruf pegon. Setelah itu, karya-karya sastra banyak bermunculan,
yang merupakan gubahan teks Jawa ke Islam. Isinya pun disesuaikan dengan kultur
dan budaya masyarakat setempat, dengan tujuan tetap yaitu memberikan paradigma
dan nilai-nilai keislaman.
Karya sastra menjadi
alat yang penting dalam proses akulturasi budaya. Seperti misalnya SM. Dengan
perpaduan diksi, latar, juga penokohan yang diterima sesuai kultur
masyarakatnya, seorang menjadi tidak merasa telah digurui dengan karya sastra
tersebut. Proses dialektika tersebut kemudian mampu membawa seorang Hindu untuk
masuk ke dalam Islam. Berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu, melalui
karya sastra, peradaban besar Hindu Jawa dapat dipadukan dengan Islam. Dan
terbukti, Islam menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia saat ini. Di era
ini, tantangan bagi seorang muslim yaitu menggali kreativitas imajinatifnya
untuk menghasilkan karya-karya yang mampu memberikan pemahaman mengenai nilai
dan ajaran islam. Karena meskipun islam telah menjadi agama mayoritas, banyak
yang tak mampu meresapi ajarannya secara substansif. Apalagi di tengah jaman
modern yang semakin membuat keislaman seseorang perlu direvitalisasi kembali.