Sabtu, 27 Januari 2018

Pembawaan Diri yang Baik Akan Membawa Kesan yang Baik

Sumber gambar: Google


"Pembawaan diri yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pula. Bukan hanya untuk dirimu sendiri, tapi juga untuk instansi dimana dirimu berasal".


Setidaknya, itu yang saya rasakan ketika mendapati seorang mahasiswa datang ke kantor beberapa waktu yang lalu.

Di kantor, selain liputan di lapangan dan bekerja di balik meja sebagai editor naskah, saya adalah staf yang mendapat tugas untuk mengakomodir para penulis opini yang berhak mendapatkan honor. Biasanya, mereka yang antara lain merupakan mahasiswa, dosen, maupun alumni, datang ke kantor untuk mendapatkan hak mereka.

Tentu, hal semacam ini memungkinkan saya berkenalan dengan mereka para penulis. Bukan hanya berkenalan, saya sampai hafal karakter beberapa penulis yang langganan nulis ide-ide mereka di laman berita resmi universitas tempat saya bekerja.

Tentu macam-macam gayanya, apalagi mahasiswa. Ada yang trengginas sekali (macam bahasanya Gus Mul aja ya) ketika mendapat pesan untuk pengambilan honor; ada yang, entah mungkin saking sibuknya, berminggu hingga berbulan-bulan honor tak kunjung diambil. Macam-macam lah, karakternya.

Terlepas dari itu semua, saya salut atas kegigihan mereka dalam meramu topik menjadi sebuah gagasan yang layak baca.

Yang ingin saya bagi di sini adalah perihal cara mereka dalam 'membawa diri' ketika berhadapan dengan orang lain, orang baru, yang sebelumnya belum pernah bertemu.



Tepatnya, salah satu dari penulis opini yang adalah mahasiswa, datang ke kantor untuk mengambil honor. Kira-kira, begini yang ia ucapkan sesaat setelah membuka pintu ruangan.

"Permisi, mbak, mau ambil honor".

Saat itu saya sedang salat dan tidak menitipkan pesan kepada rekan kantor untuk meminta menunggu jika ada penulis opini yang datang.

Seandainya kamu berada di posisi rekan kantor saya yang berhadapan langsung dengan si-mahasiswa, kira-kira apa yang kamu pikirkan? Apalagi, mayoritas dari rekan kantor adalah arek Suroboyoan yang tentu, sangat cablak (baca: ceplas-ceplos). Apa dalam hati nggak langsung mbatin, "Lho koen iku sopo, reek?" Hehehe.

Unggah-ungguh ini lah yang seringkali saya dan rekan-rekan kantor jumpai. Apalagi, kerja di Humas memungkinkan kami berinteraksi dengan orang berbeda setiap harinya. Bukan hanya kalangan internal kampus, tapi juga pihak luar kampus.

Sesaat setelah si-mahasiswa pergi, rekan kantor dengan nada yang khas Suroboyoan itu bilang,

A: "Arek ngendi iku mau, Bin?"
Q: "FIB, Mbak."
A: "Wooh.. pantes."
Q: *Krik.krik.krik*

Kalau dalam teori komunikasi seperti yang pernah diajarkan Pak Suko Widodo (halah), kenali dirimu dan siapa yang kamu ajak bicara. Dalam posisi mahasiswa tadi, misalnya, posisikan diri sebagai orang baru yang berada di tempat baru. Tentu, menjadi sangat wajib bagi dirinya untuk mengenalkan diri, minimal nama; darimana berasal; serta apa keperluannya sehingga datang kemari. Jika tak bisa menyebutkan keperluan secara langsung karena ingin bertemu by name, maka sebutkan siapa yang sedang kamu cari. Mrs X, misalnya.

Ini mungkin sangat remeh. Usai kejadian itu, mungkin si mahasiswa tidak akan bertemu lagi dengan rekan-rekan kantor yang menerima ia di ruangan. Tapi apa yang ia tinggalkan membawa kesan. Orang kadang nggak 'ngeh' bahwa hal semacam ini penting untuk diperhatikan.

Dimanapun tempatnya, ketika datang di tempat baru, utamanya tempat yang memberikan pelayanan, wajib untuk memperkenalkan diri, menyebutkan darimana berasal, baru menyebutkan apa yang dibutuhkan.

Sekali lagi, hargailah dirimu sendiri dengan membawa kesan yang baik dimata orang lain. Semoga aku dan kamu tak akan pernah lelah dalam belajar.

Salam.

3 komentar:

  1. parahnya, belum tentu si mahasiswa sadar kalau mereka nggak seharusnya gitu :D.

    BalasHapus
  2. Ini kayaknya dirimu dulu waktu masih jadi mahasiswa ya, Mas?

    Wakakaka :p

    BalasHapus
  3. untungnya nggak sampai kejadian kaya gitu, terjun ke masyarakat selulus SMK udah mbentuk sedikit attitude yang mayan lah.

    Tapi sampek sekarang aku masih kurang ajar sama salah satu dosenku. Karena terlalu dekat. Dulu aku pernah nitip absen ke dosen yang ngajar kelasku 🙈. duh

    BalasHapus