Sabtu malam, sekitar pukul 22.00,
kami sudah berdiri di depan salah satu pusat perbelanjaan di Kota Surabaya. Kami
baru selesai menghabiskan waktu diantara tumpukan diskonan buku dan menutupnya
dengan makan malam dan ngeskrim bersama. Beberapa menit sebelumnya, melalui
aplikasi yang mudah kami akses dengan handphone,
kami memesan ‘taksi online’ untuk mengantar kami pulang ke tempat kos. Maka
setelah pemesanan, kami tinggal berdiri menunggu driver datang untuk menjemput.
Di ruas jalan berbeda masih di
tempat kami berdiri, berbagai jenis taksi konvensional berjejeran. Dari penglihatan
saya, mereka terlihat sepi pemesan dan beberapa kali ngedumel antara sesama driver. Betapa tidak, diantara mobil yang
melakukan penjemputan, bisa ditebak sebagian besar adalah ‘taksi online’
pesanan. Ini jelas mematikan pasar mereka para driver taksi konvensional.
Layaknya mobil pribadi, dengan ‘taksi
online’ kami tak perlu banyak melakukan negosiasi atau percakapan basa basi
dengan driver. Mobil datang, kami naik, dan driver pun siap mengantar pulang
sesuai alamat tujuan yang telah kami pesan melalui aplikasi. Sangat menarik,
bukan? Memang.
Masalah harga jangan ditanya. Tempat
indekos menuju pusat perbelanjaan tempat tujuan kami berjarak sekitar 3.5
kilometer. Cukup jauh. Apalagi, minggu malam di Surabaya adalah waktu dimana
kemacetan melengang dimana-mana. Dengan perhitungan itu, kami mesti memikirkan
banyak uang yang harus kami keluarkan berdasarkan jarak dan waktu yang kami
tempuh jika kami menggunakan taksi konvensional. Melalui ‘taksi online’, dengan
jarak dan tentunya kemacetan itu, sewaktu berangkat kami hanya mengeluarkan
uang enam ribu rupiah saja.
Maka, berbagai kemudahan
layananpun diberikan. Diskonan bertebaran. Di JX International Surabaya, tempat
event discount buku Big Bad Wolf yang menggiurkan hingga tanggal 31 Oktober itu,
maka bisa dilihat pada struk perbelanjaan. Ada promo 50 persen yang ditawarkan
dengan menggunakan kode promo tertentu. Ini jelas layanan menggiurkan yang
ditawarkan perusahaan.
Sementara itu beberapa minggu
yang lalu, dalam sebuah berita online Bapak Menteri Perhubungan meminta taksi
konvensional untuk pindah ke online. Langkah ini dikatakannya untuk meringankan
beban operasional perusahaan. Mengingat, respon masyarakat sangat antusias
dengan layanan ‘taksi online’.
Maka di era gigital ini, mau tak
mau, kita diajak untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang ada. Masyarakat
pun tak mau rugi. Mereka sudah pintar untuk memilih layanan yang dirasa paling
memberi keuntungan. Pelayanan yang mudah, murah, dan tentunya nyaman. Maka tentu,
siapa yang bisa menyediakan layanan ketiganya, ialah yang akan dipilih.
Rejeki sudah diatur oleh Tuhan...
BalasHapusSekarang saatnya pengemudi taksi konvensional berbagi rizki pd yg online...jangan sarak, serakah
Rejeki sudah diatur oleh Tuhan...
BalasHapusSekarang saatnya pengemudi taksi konvensional berbagi rizki pd yg online...jangan sarak, serakah