Sabtu, 29 Oktober 2016

Taksi Online vs Taksi Konvensional



 
Sabtu malam, sekitar pukul 22.00, kami sudah berdiri di depan salah satu pusat perbelanjaan di Kota Surabaya. Kami baru selesai menghabiskan waktu diantara tumpukan diskonan buku dan menutupnya dengan makan malam dan ngeskrim bersama. Beberapa menit sebelumnya, melalui aplikasi yang mudah kami akses dengan handphone, kami memesan ‘taksi online’ untuk mengantar kami pulang ke tempat kos. Maka setelah pemesanan, kami tinggal berdiri menunggu driver datang untuk menjemput.

Di ruas jalan berbeda masih di tempat kami berdiri, berbagai jenis taksi konvensional berjejeran. Dari penglihatan saya, mereka terlihat sepi pemesan dan beberapa kali ngedumel antara sesama driver. Betapa tidak, diantara mobil yang melakukan penjemputan, bisa ditebak sebagian besar adalah ‘taksi online’ pesanan. Ini jelas mematikan pasar mereka para driver taksi konvensional.

Layaknya mobil pribadi, dengan ‘taksi online’ kami tak perlu banyak melakukan negosiasi atau percakapan basa basi dengan driver. Mobil datang, kami naik, dan driver pun siap mengantar pulang sesuai alamat tujuan yang telah kami pesan melalui aplikasi. Sangat menarik, bukan? Memang.

Masalah harga jangan ditanya. Tempat indekos menuju pusat perbelanjaan tempat tujuan kami berjarak sekitar 3.5 kilometer. Cukup jauh. Apalagi, minggu malam di Surabaya adalah waktu dimana kemacetan melengang dimana-mana. Dengan perhitungan itu, kami mesti memikirkan banyak uang yang harus kami keluarkan berdasarkan jarak dan waktu yang kami tempuh jika kami menggunakan taksi konvensional. Melalui ‘taksi online’, dengan jarak dan tentunya kemacetan itu, sewaktu berangkat kami hanya mengeluarkan uang enam ribu rupiah saja.

Maka, berbagai kemudahan layananpun diberikan. Diskonan bertebaran. Di JX International Surabaya, tempat event discount buku Big Bad Wolf yang menggiurkan hingga tanggal 31 Oktober itu, maka bisa dilihat pada struk perbelanjaan. Ada promo 50 persen yang ditawarkan dengan menggunakan kode promo tertentu. Ini jelas layanan menggiurkan yang ditawarkan perusahaan.

Sementara itu beberapa minggu yang lalu, dalam sebuah berita online Bapak Menteri Perhubungan meminta taksi konvensional untuk pindah ke online. Langkah ini dikatakannya untuk meringankan beban operasional perusahaan. Mengingat, respon masyarakat sangat antusias dengan layanan ‘taksi online’.

Maka di era gigital ini, mau tak mau, kita diajak untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang ada. Masyarakat pun tak mau rugi. Mereka sudah pintar untuk memilih layanan yang dirasa paling memberi keuntungan. Pelayanan yang mudah, murah, dan tentunya nyaman. Maka tentu, siapa yang bisa menyediakan layanan ketiganya, ialah yang akan dipilih.

2 komentar:

  1. Rejeki sudah diatur oleh Tuhan...
    Sekarang saatnya pengemudi taksi konvensional berbagi rizki pd yg online...jangan sarak, serakah

    BalasHapus
  2. Rejeki sudah diatur oleh Tuhan...
    Sekarang saatnya pengemudi taksi konvensional berbagi rizki pd yg online...jangan sarak, serakah

    BalasHapus