Selasa, 16 Juni 2015

“Samin VS Semen” : Rekam Jejak Perlawanan Masyarakat Suku Samin Terhadap Industrialisme


Samin VS Semen merupakan film dokumenter garapan Dandhy Laksono yang keluar pada awal 2015. Film berdurasi 39 menit 25 detik ini mengisahkan masyarakat suku Samin di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang mendiami pegunungan karst Kendeng. Mereka para penganut ajaran Samin menolak dibangunnya industri Semen Gresik dan Indocement Group. Film ini mengambil latar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Pati dan Rembang (Jawa Tengah, serta Kabupaten Tuban (Jawa Timur).
Di awal film digambarkan para ibu-ibu yang memblokade jalan menolak diadakannya pembangunan pabrik semen. Kawasan Rembang tempat mereka tinggal, akan beralih fungsi menjadi kawasan tambang semen. Kawasan tersebut merupakan kawasan karst, yang dalam analisis lingkungan sangat perlu untuk tidak dirusak. Masyarakat menolak dengan keras dibangunnya industri semen, karena pegunungan dan perarian yang akan dijadikan lahan industri adalah tumpuan hidup mereka.

Kearifan Lokal Masyarakat Samin
Samin atau yang juga akrab dikenal dengan masyarakat ‘Sedulur Sikep’ adalah suku yang mendiami daerah Pati dan Rembang. Masyarakat suku Samin hidup dari alam yang mereka tinggali, dan memenuhi segala kebutuhan hidup dari alam tempat mereka tinggal. Kebutuhan mereka setiap hari adalah untuk bertani. Maka, lahan dan perarian merupakan jantung hidup masyarakat Samin di Pati. Bagi mereka, hidup tidak untuk mengejar pangkat yang tinggi atau harta yang melimpah ruah. Cukuplah bahwa mereka mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Menutut pandangan hidup masyarakat Samin, yang terpenting bagi manusia adalah berkelakuan baik serta memiliki ucapan yang baik pula. Maka, mereka juga tidak memerlukan sekolah formal. Karena bagi mereka sekolah formal hanya akan mengejar pangkat dan kedudukan, sehingga orang-orang berpendidikan tinggi yang pintar justru justru nantinya banyak yang malah minteri orang-orang di sekitarnya.

Dampak Lingkungan
Menurut Rere, seorang aktivis WALHI di Jawa Timur, kawasan karst sangat penting terhadap kelangsungan keseimbangan alam, karena karst dapat menyimpan air dalam skala yang besar. Perarian merupakan kekayaan alam yang menopang sebagian besar kebutuhan masyarakat rembang. Baik bertani, beternak, maupun mencukupi segala kebutuhan rumah tangga. Selain itu juga, dalam segi lingkungan, kawasan karst menjadi kawasan yang dapat menanggulangi banjir dalam skala besar.

Propaganda Film
Menurut ukuran film-film dokumenter yang banyak beredar, film Samin VS Semen tergolong film yang singkat. Jika diamati film ini dapat dilihat sebagai alat propaganda. Apalagi, film ini digarap dengan satu sudut pandang: masyarakat Samin. Juga memang tak dimunculkan suara-suara dari pihak industri Semen Gresik dan Indocement Group sebagai suara yang mengimbangi atau menjawab penolakan-penolakan dari masyarakat Samin. Samar-samar, dapat dibaca bahwa film ini mengajak masyarakat agar ikut peduli terhadap ancaman mengrusakan yang terjadi di wilayah di Pati.
Film ini juga menjadi bahan diskusi dan kajian di beberapa wilayah di Indonesia, di kampus-kampus utamanya. Film sempat menjadi kontroversi. Bahkan dii salah satu universitas ternama di Malang, film ini dilarang diputar dengan berbagai alasan. Tak ayal, pelarangan pemutaran tersebut membuat berbagai aktivis dan kelompok masyarakat ikut geram. Institusi besar dengan payung perguruan tinggi negeri, semestinya ikut andil dalam wacanan pengrusakan lingkungan hidup yang sedang diperjuangkan masyarakat suku Samin.
Kejadian di Rembang ini sesungguhnya dapat menjadi refleksi besar terhadap situasi yang terjadi di Indonesia. Bahwa pemerintah telah abai, membiarkan gelontoran investasi besar-besaran tanpa memikirkan dampaknya bagi masyarakat. Jika Rembang tidak dapat dijadikan contoh penyelamatan lingkungan hidup, dengan keluarnya ijin pembangunan kawasan industri tambang, maka hal tersebut berkemungkinan besar akan menjadi insiden di banyak tempat, bahwa gelontoran infestasi mengabaikan keselamatan rakyat.
“Rembang memang bukan wilayah dari Jawa Timur, namun kerusakah lingkungan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi”, seperti diungkapkan Rere, aktivis WALHI, mengenai pentingnya konsolidasi besar dari gerakan masyarakat Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar